Minggu, 30 Agustus 2009

Puasa dan Kejujuran

Pengajian: Puasa dan Kejujuran

Oleh: Ustadz Agustianto, MA

Di era materialisme dewasa ini, kejujuran telah banyak dicampakkan dari
tata pergaulan sosial-ekonomi-politik dan disingkirkan dari bingkai
kehidupan manusia. Fenomena ketidak jujuran benar-benar telah menjadi
realitas sosial yang menggelisahkan. Drama ketidakjujuran saat ini telah
berlangsung sedemikian transparan dan telah menjadi semacam rahasia umum
yang merasuk ke berbagai wilayah kehidupan manusia.

Sosok manusia jujur telah menjadi makhluk langka di bumi ini. Kita lebih
mudah mencari orang-orang pintar daripada orang-orang jujur. Keserakahan
dan ketamakan kepada materi kebendaan, mengakibatkan manusia semakin jauh
dari nilai-nilai kejujuran dan terhempas dalam kubangan materialisme dan
hedonisme yang cendrung menghalalkan segala cara.

Pada masa sekarang, banyak manusia tidak mempedulikan jalan-jalan yang
halal dan haram dalam mencari uang dan jabatan . Sehingga kita sering
mendengar ungkapan-ungkapan kaum materialis, “Mencari yang haram
saja sulit, apalagi yang halal”. Bahkan selalu diucapkan
orang,”kalau jujur akan terbujur”,”kalau lurus akan
kurus”,kalau ihklas akan tergilas”.

Ungkapan-ungkapan itu menunjukkan bahwa manusia zaman kini telah dilanda
penyakit mental yang luar biasa, yaitu penyakit korup dan ketidak jujuran.

Nabi muhammad Saw pernah memprediksi, bahwa suatu saat nanti, diakhir
zaman,manusia dalam mencari harta,tidak mempedulikan lagi mana yang halal
dan mana yang haram. (HR Muslim).

Ramalan Nabi pada masa kini telah menjadi realitas sosial yang mengerikan,
bahkan implikasinya telah menjadi patologi sosial yang parah, seperti
menjamurnya korupsi, pungli, suap, sogok,uang pelicin dsb. Banyak kita
temukan pencuri-pencuri berdasi melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam
mengelola proyek. Manusia berlomba-lomba mengejar kekayaan dan kemewahan
dunia secara massif, tanpa mempedulikan garisan-garisan syariah dan
moralitas.

Era reformasi yang telah berlangsung lebih lebih sepuluh tahun, praktek
kolusi,korupsi dan suap menyuap masih saja menjadi kebiasaan masyarakat
kita . Untuk mengatasi dan mengurangi segala destruktip tersebut, puasa
merupakan ibadah yang paling ampuh dan efektif, asalkan pelaksanaan puasa
tersebut dilakukan dengan dasar iman yang mantap kepada Allah, dan ihtisab
(mawas diri), serta penghayatan yang mendalam tentang hikmat yang
terkandung di dalam puasa Ramadhan.

Puasa melatih kejujuran
Berbeda dengan sifat ibadah yang ada, puasa adalah ibadah sirriyah
(rahasia). Dikatakan sirriyah, karena yang mengetahui seseorang itu
berpuasa atau tidak, hanyalah orang yang berpuasa itu sendiri dan Allah
SWT.
Dalam ibadah puasa, kita dilatih dan dituntut untuk berlaku jujur.
Kita dapat saja makan dan minum seenaknya di tempat sunyi yang tidak
terlihat seorangpun. Namun kita tidak akan mau makan atau minum,
karena kita sedang berpuasa. Padahal, tidak ada orang lain yang tahu
apakah kita puasa atau tidak. Namun kita yakin, perbuatan kita itu
dilihat Allah swt..
Orang yang sedang berpuasa juga dapat dengan leluasa berkumur sambil
menahan setetes air segar ke dalam kerongkongan, tanpa sedikitpun
diketahui orang lain. Perbuatan orang itu hanya diketahui oleh orang
yang bersangkutan. Hanya Allah dan diri si shaim itu saja yang
benar-benar mengetahui kejujuran atau kecurangan dalam menjalankan
ibadah puasa. Tetapi dengan ibadah puasa, kita tidak berani berbuat
seperti itu, takut puasa batal.
Orang yang berpuasa dilatih untuk menyadari kehadiran Tuhan. Ia dilatih
untuk menyadari bahwa segala aktifitasnya pasti diketahui dan diawasi oleh
Allah SWT.Apabila kesadaran ketuhanan ini telah menjelma dalam diri
seseorang melalui training dan didikan puasa, maka Insya Allah akan
terbangun sifat kejujuran.
Jika manusia jujur telah lahir, dan menempati setiap sektor dan instansi,
lembaga bisnis atau lembaga apa saja, maka tidak adalagi korupsi, pungli,
suap-menyuap dan penyimpangan-penyimpangan moral lainnya.
Kejujuran merupakan mozaik yang sangat mahal harganya. Bila pada diri
seorang manusia telah melekat sifat kejujuran, maka semua pekerjaan dan
kepercayaan yang diamanahkan kepadanya dapat di selesaikan dengan baik dan
terhindar dari penyelewengan-penyelewengan. Kejujuran juga menjamin
tegaknya keadilan dan kebenaran.
Secara psikologis, kejujuran mendatangkan ketentraman jiwa. Sebaliknya,
seorang yang tidak jujur akan tega menutup-nutupi kebenaran dan tega
melakukan kezaliman terhadap hak orang lain.Ketidakjujuran selalu
meresahkan masyarakat, yang pada gilirannnya mengancam stabilitas sosial.
Ketidak jujuran selalu berimplikasi kepada ketidakadilan. Sebab orang yang
tidak jujur akan tega menginjak-injak keadilan demi keuntungan material
pribadi atau golongannya.
Berlaku jujur, sungguh menjadi bermakna pada masa sekarang,, masa yang
penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Pentingnya kejujuran telah banyak
disapaikan Rasulullah SAW. Diriwayatkat bahwa, Rasulullah pernah
didatangi oleh seorang pezina yang ingin taubat dengan sebenarnya.
Rasulullah menerimanya dengan satu syarat, yaitu,agar orang tersebut
berlaku jujur dan tidak bohong
Syarat yang kelihatan sangat ringan untuk sebuah pertaubatan besar, tetapi
penerapannya dalam segala aspek kehidupan sangat berat.Dan ternyata syarat
jujur tersebut sangat ampuh untuk menghentikan perbuatan zina. Jika ia
tetap berzina secara sembunyi-sembunyi, lalu bagaimana ia harus menjawab
jika Rasulullah menanyainya tentang apakah ia masih berzina atau
tidak.Untuk menghindari berbohong kepada Nabi, maka si pezina mengakhiri
prilakunya yang dusta itu dan kemudian benar-benar bertaubat dengan penuh
penghayatan.
Dari riwayat itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa kejujuran sangat
signifikan dalam membersihkan prilaku menyimpang, seperti korupsi, kolusi,
penipuan, manipulasi, suap-menyuap dan sebagainya.
Dewasa ini kesadaran untuk menumbuhkan sifat kejujuran sebagai buah dari
ibadah puasa, kiranya perlu mendapat perhatian serius. Pendidikan
kejujuran yang melekat pada ibadah puasa, perlu dikembangkan sebagai
bagian dari kehidupan riel dalam masyarakat. Sebab apabila kejujuran telah
disingkirkan, maka kondisi masyarakat akan runyam. Korupsi dan kolusi
terjadi di mana-mana, pungli merajalela, kemungkaran sengaja dibeking oleh
oknum-oknum tertentu demi mendapatkan setoran uang.
Fenomena kebohongan dan tersingkirnya sifat kejujuran, mengantarkan
masyarakat dan bangsa kita pada beberapa musibah nasional yang berlangsung
secara beruntun dan silih berganti tiada henti. Terjadinya malapetaka
berupa krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia adalah cermin paling
jelas dari makin hilangnya sukma. kejujuran dan semakin mekarnya kepalsuan
dalam kehidupan bangsa kita.
Dalam menghadapi kasus-kasus yang gawat seperti itu, pesan-pesan profetik
keagamaan seperti pesan luhur ibadah puasa dapat ditransformasikan untuk
membongkar sangkar kepalsuan dan mem bangun kejujuran.
Ada yang secara pesimis berpendapat, bahwa membangun kejujuran pada era
materialisme adalah suatu utopia (angan-angan) mengingat mengakarnya sifat
ketidak jujuran dalam masyarakat dan bangsa kita. Sebagai orang beriman
yang menyandang peringkat khairah ummah, sikap pesimis di atas harus
dibuang jauh-jauh.Sebab gerakan amarma’ruf nahi mungkar yang
dilandasi iman, harus tetap dilancarkan, agar konstelasi dunia ini tidak
semakin parah.

Realitas menunjukkan, bahwa kesemarakan ramadhan dari tahun ke tahun
semakin meningkat, namun ironisnya, bersamaan dengan itu penyimpangan dan
ketidakjujuran masih berjalan terus. Padahal, suatu bulan kita dilatih dan
didik untuk berlaku jujur, menjadi orang yang dapat dipercaya. Bila selama
satu bulan itu, orang-orang yang berpuasa benar-benar berlatih secara
serius dengan penuh penghayatan terhadap hikmah puasa, maka pancaran
kejujuran akan terpantul dari dalam jiwa mereka. Kalau puasa Ramadhan
yang dilakukan tidak melahirkan manusia-manusia jujur, berarti kualitas
puasa orang tersebut masih sebatas lapar dan dahaga. Karena puasa yang
dilakukan tidak memantulkan refleksi kejujuran. Kalau orang yang
berpuasa, masih mau menerima suap dari orang-orang yang mencari pekerjaan,
berarti kualitas ibadah orang tersebut masih sangat rendah. Kalau orang
yang berpuasa, masih mau melakukan mark up dalam proyek, korupsi dan
kolusi, berarti puasa yang dilakukan masih jauh dari tujuan puasa.
Kalau pasca puasa Ramadhan, kejujuran semakin tipis atau
sirna,pungli,korupsi dan kolusi tetap menjadi kebiasaan, barang kali puasa
yang dilakukan tidak didasari iman, tetapi mungkin ia melakukan puasa
hanya karena mengikuti tradisi. Untuk mewujudkan manusia jujur, perlu
peningkatan iman dan penghayatan kesadaran kehadiran Tuhan. Tanpa upaya
ini, kejujuran tak kan lahir dari orang yang berpuasa Cara awalnya ialah
dengan mengikuti Training ESQ atau Pesantren Qalbu. Hasilnya sudah
terbukti secara sifnifikan di mana-mana. Banyak BUMN omzetnya meningkat
secara signifikan setelah para direktur dan managernya ikut training ESQ
(Emosional Spitual Quentiont). yang dilaksanakan oleh Ary Ginanjar
Agustian.

Jumat, 21 Agustus 2009

persiapan ramadhan

Hudzaifah Trisakti o­nline - Jakarta, Beberapa hari lagi kita akan kedatangan tamu agung, tamu yang kita tunggu-tunggu selama 11 bulan lamanya. Dialah bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh dengan berkah, bulan yang sangat diistimewakan oleh Allah. D dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, di dalamnya penuh dengan rahmah, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Bulan yang dirindukan kedatangannya dan ditangisi kepergiannya oleh orang-orang yang sholeh.

Pada bulan inilah kaum muslimin seharusnya melakukan pengembaraan rohani dengan mengekang nafsu syahwat dan mengisi dengan amal-amal yang mulia. Semua itu merupakan momen dan sekalius saran yang baik untuk mencapai puncak ketaqwaan. Dosa dan kekhilafan juga merupakan sasaran yang akan kita hapuskan dalam bulan Ramadhan ini.

Untuk mendekatkan sasaran tersebut, kiranya perlu menyambut tamu Allah yang agunfg ini dengan mengadakan pembekalan ruhani dan pengetahuan tentang bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Di antara bejal-bekal yang harus dimiliki dalam menyongsong bulan mulia ini adalah sebagai berikut:


1. Mempersiapkan pemahaman yang benar tantang bulan Ramadhan

Untuk memberikan motivasi agar beribadah dalam bulan Ramadhan ini bisa dilaksanakan dengan maksimal, sebelum Ramadhan datang Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabatnya guna memberikan persepsi yang benar dan mengingatkan betapa mulia bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits yang panjang Rasulullah bersabda:

�Dari Salman Ra., beliau berkata, �Rasulullah berkhutbah di tengah-tengah kami pada akhir Sya�ban, Rasulullah bersabda: �Hai manusia, telah menjelang kepada kalian bulan yang sangat agung yang penuh dengan barokah, yang di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan di mana yang Allah telah menjadikan puasa di dalamnya sebagai puasa wajib, qiyamullailnya sunnah, barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan amalan wajib tujuh puluh kali pada bulan lainnya... dst.� (HR. Ibnu Hujaimah, beliau berkata: hadits ini adalah hadits shahih).


2. Membekali diri dengan ilmu yang cukup

Sasaran dan ibadah puasa adalah untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Untuk itu, ibadah puasa harus dilakukan dengan tatacara yang benar. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

�Banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam, tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali bergadang.� (HW. Abu Dawud, Ibnu Majah)

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda:

�Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta (dalam berpuasa) dan tetap melakukannya, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.� (HR. Bukhari).

Dari dua hadits di atas bisa disimpulkan bahwa membekali diri dengan segala ilmu yang berkaitan dengan puasa memang akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk menigkatkan kualitas ketaqwaan kita melalui bulan Ramadhan yang mulia ini.


3. Melakukan persiapan jasmani dan ruhani.

Sebelum masuk bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar banyak melakukan ibadah puasa di bulan Sya�ban. Dengan banyak berpuasa di bulan Sya�ban berarti kita telah mengkondisikan diri, baik dari sisi ruhiyah atau jasadiyah. Kondisi ini akan sangat positif pengaruhnya dan akan mengantarkan kita untuk menyambut Ramadhan dengan berbagai ibadah dan amalan yang di sunnahkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses penyesuaian terlalu lama seperti banyak terjadi pada orang yang pertama kali berpuasa. Misalnya lemas, badan terasa panas, tidak bersemangat, banyak mengeluh, dan sebaginya.

�Aisyah ra. Berkata: �Saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya�ban.� (HR Muslim).

Bulan Sya�ban adalah bulan dimana amal shalih diangkat ke langit.

Dari Usamah bin Zaid berkata: �Saya bertanya: �Wahai Rasulullah saw, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya�ban�. Rasul saw bersabda:� Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa.� (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa�i dan Ibnu Huzaimah)


4. Memahami keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan diciptakan Allah penuh dengan kutamaan-keutamaan dan kemuliaan. Maka mempelajari dan memahami keutamaan tersebut akan memotivasi kita untuk lebih meningkatkan amal ibadah kita. Di antara keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan adalah:

a. Bulan kaderisasi taqwa dan bulan di turunkannya Al Qur�an

Allah SWT berfirman,

�Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.� (QS. Al Baqarah: 183)

�Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu....� (QS. Al Baqarah: 185).

b. Bulan paling utama, bulan penuh berkah

Rasulullah SAW bersabda,

�Bulan yang paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang paling mulia adalah hari Jum�at.�

Dalam hadits lain,

�Dari Ubaidah bin Shomit, bahwa ketika Ramadhan tiba, Rasulullah bersabda: �Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan penuh berkah, pada bulan itu Alah akan memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan dan Dia kabulkan do�a pada bulan itu. Allah Ta�ala akan melihat kalian berlomba melakukan kebaikan. Allah akan membanggakan kalian di depan Malaika. Maka pelihatkanlah kebaikan diri kaliah kepada Allah, sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat rahmat Allah �Azza Wa Jalla.� (HR. Tabroni).

c. Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas melakukan ketaatan.

Rasulullah SAW bersabda:

�Antara sholat lima waktu, dari hari Jum�at sampai Jum�at lagi, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa apabila dosa-dosa besar dihindarkan.� (HR. Muslim).

�Barang siapa puasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah, ia akan diampuni semua dosanya yang telah lalu.� (HR. Bukhari � Muslim)

�Apabila Ramadhan telah datang pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu.� (HR. Bukhari � Muslim)

d. Bulan dilipatgandakannya amal sholeh

Rasulullah SAW bersabda,

�Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, Allah berfirman, �Kecuali, puasa. Puasa itu untuk dan Akulah yang akan membalasnya. Ia tinggalkan nafsu syahwat dan makannya semata-mata karena Aku.� Orang yang berpuasa mendapat dua kebahagiaan, ketika berbuka dan ketika berjumpa Rabbnya. Bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah lebih wangi daripada bau parfum misik.� (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda,

�Rabb-mu berkata, �Setiap perbuatan baik (di bulan Ramadhan) dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Puasa untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai dari api neraka, bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi dari parfum misik. Apabila orang bodoh berlaku jahil kepada seseorang di antara kamu yang sedang berpuasa, maka hendaklah kamu katakan, �Saya sedang berpuasa.� (HR. Tirmizi).

e. Bulan jihad dan kemenangan

Sejarah telah mencatat, bahwa pada bulan suci Ramadhan beberapa kesuksesan dan kemenangan besar diraih ummat Islam. Ini membuktikan bahwa bulan Ramadhan bukan merupakan bulan malas dan bulan lemah, tapi bulan Ramadhan adalah bulan jihad dan kemenangan.

Perang Badar Kubro yang diabadikan dalam Al Qur�an sebagai �Yaumul Furqon� dan umat Islam meraih kemenangan besar, terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 10 Hijriyah. Dan pada saat itu juga gembong kebathilan Abu Jahal terbunuh.

Pada bulan Ramadhan, fathu Makkah (pembebasan kota Mekkah) yang diabadikan dalam Al Qur�an sebagai �Fathan Mubina�, terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah.

Perang �Ain Jalut menaklukan tentara Mongol terjadi pada Ramadhan, tepatnya pada tanggal 25 Ramadhan 658 Hijriah.

Andalusia (Spanyol) yang ditaklukan oleh tentara Islam di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad juga terjadi pada bulan Ramadhan, yaitu pada tanggal 28 Ramadhan 92 Hijriah.


Demikianlah beberapa hal yang perlu kita lakukan dalam persiapan menyambut Ramadhan. Semoga Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun ini.

___
Sumber: Panduan Ramadhan PKPU, dengan perubahan seperlunya.
Send this story to someone Printer-friendly page

Sabtu, 01 Agustus 2009

Paradigma Seni Rupa Kontemporer (1)

Paradigma Seni Rupa Kontemporer (1)
Seni Modern, Unsur Perasaan Ditinggalkan?

PADA seni klasik, dapat ditemukan komposisi bentuk dan isi cerita/legenda seperti lukisan "Monalisa", dimana tendapat spiritual abad itu tentang "perempuan" yang tidak akan ditemukan pada zaman sesudahnya. Karena adanya evolusi/difusi kebudayaan, maka terjadi perubahan yang disebabkan lingkungan dan waktu. Seni klasik jadi seni peralihan -- impressionisme. Pelukis Renoir dan Manet kala itu berprinsip bahwa "manusia berjarak objektif dengan barang fisik dan manusia berperasaan lebih unggul dari benda". Pada era impresionisme terdapat jarak sebagai batas yang tak terjembatani antara subjek dengan objek, antara manusia dengan alam.

Kreativitas seniman terus bergulir. Bermula ditinggalkannya paradigma klasik Renaisance ke paradigma baru impressionisme (permulaan abad ke-20), lalu ekspresionisme, abstrak, dadaisme, kubisme, abstrak ekspressionisme, abstrak formalisme, pop-art, neo-dada, optic-art, minimalisme, hingga surealisme. Semua gaya (isme) yang berasal dari Barat itu menyebar dan menguasai dunia serta mengkokohkan sebagai seni modern dunia atau modernisme yang sering disebut "seni tinggi" (advance guard).

Seni rupa modern Barat mengklaim dunia sebagai ruang lingkupnya yang berakar pada internasionalisasi ide-ide Barat yang disebut westernisasi yang kemudian membangkitkan reaksi negara-negara non-Barat. Munculnya perkembangan arus utama (mainstream) di pusat-pusat seni rupa modern yang menyudutkan seni rupa di luar Eropa-Amerika dan ditolaknya standar nilai serta perkembangan periferi di luar arus utama, dimana seluruh museum dan galeri seni rupa modern di Amerika menolak karya-karya modern Indonesia dan Thailand. Sebagai reaksi kejadian ini maka muncullah pameran-pameran internasional (KIAS) dari negara-negara nonblok (GNB).

Modernisme pada intinya merupakan suatu keyakinan akan kemandirian nilai estetika yang harus ditingkatkan secara terus-menerus. Keyakinan tersebut melahirkan norma-norma kebaruan, keaslian dan kreativitas. Seniman dituntut untuk menciptakan keharuan dan keaslian, sehingga terjadi penolakan-penolakan sejak tahun 1960-an serta makin memuncak pada masa berikutnya.

Pada pertengahan abad ke-20, modernisme dianggap sebagai suatu beban oleh kaum muda dan mulai ditentang, yang setelah modernisme disebut post-modernism atau post-mo, maka muncullah paradigma baru yakni seni kontemporer. Seni kontemporer memberi terobosan baru yang sangat bebas dalam pengekspresian emosi seniman dan terasa tanpa beban.

Seni kontemporer dapat dipandang secara apresiatif sebagai kegairahan intelektual, setidak-tidaknya menjadi modal bagi tumbuhnya daya respons dalam menyongsong era baru yaitu post-modern, yang dianggap positif mengimbangi humanisme dan intelektual daripada kecenderungan dehumanisasi dan kedangkalan budaya modern yang dimotori ekonomi kapitalis yang transnasional serta inovasi teknologi yang makin canggih.

Di Barat pada 1970-an, muncul suatu reaksi terhadap idealisme high art (advance guard) dan muncul era post-modern yang menampilkan multivariousness. Pendekatan pluralistik yang menekankan unity -- kebersamaan dalam keragaman, merupakan kesamaan reaksi di arus utama terhadap standar-standar senirupa internasional sebagai arus baru perkembangan dan pemikiran seni rupa kontemporer yang lepas dari universalisme dan kaburnya batasan seni rupa modern dari seni rupa kontemporer. Pada seni kontemporer, seniman bebas menengok ke masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Dapat pula memakai kekayaan budaya tak terbatas banyaknya. Juga tiada lagi "kebenaran tunggal" dan muncul pluralisme.

Inilah paradigma baru seni kontemporer yang mengandung makna netral dari pengertian seni masa kini. Walaupun situasinya modern disemangati Garde Depan dengan merebaknya happening art, performance art dan seni instalasi. Juga atas kehadiran isu-isu multicultural, gender, sosial, bangkitnya spiritualisme, periferi dan lainnya.

Kematian Zaman Modern
Post-modernism atau pasca-modernisme yang bermula dari gerakan seni masa kini telah bergeser menjadi gerakan budaya. Pergeseran ini dimungkinkan bukan hanya disebabkan basis material kebudayaan (difusi kebudayaan) seperti dari manufaktur ke reproduksi, tapi juga karena para filsuf mengumumkan "kematian zaman modern" untuk menegakkan unity kesepakatan dalam kebersamaan sebagai dasar pembenaran yang plural sebagai paradigma baru serta wacana seni kontemporer.

Untuk memperoleh kejelasan tentang seni kontemporer, perlu dibahas mulai dari seni modern, kemudian bagaimana seni modern akan keluar dari legenda yang menyatakan bahwa seni yang merupakan ekspresi dunia objektif (fisik) tersebut kemudian masuk ke dalam seni kontemporer atau post-mo.

Kehidupan manusia punya dua pijakan dasar yang kuat -- dunia (world) dan sikap dasar (basic attitude). Pada sikap dasar terdapat tiga jenis interest yaitu pengobjektifan, ungkapan, dan penyesuaian norma. Dunia manusia pun terdiri dari tiga -- objektif, sosial dan subjektif.

Seni dalam modernitas hanya ditemukan dalam dunia objektif dan dunia subjektif. Namun estetika dalam modernisme sebagai ekspresi hanya akan ditemukan dalam bidang yang amat khusus umpamanya erotisme. Kesenian modern bukanlah produk sosial, sikap atas rasionalitas ekspresif, sedangkan dunianya dalam dunia objektif.

Diawali oleh Cezanne, dimana jarak antara manusia dan alam dibatasi dengan cara si subjek menguasai objek dengan mengekspresikannya. Dunia objektif dan subjektif yang terpisah dicoba disatukan walaupun dengan cara menguasai objek. Karena itu dalam seni modern, unsur yang subjektif adalah sesuatu yang kurang baik dan tidak alamiah, sehingga Cezanne bukan melukiskan perasaannya tetapi melukis objek di luar dirinya. Objek ditangkap bentuk-bentuk murninya (kubistis) atau menggambar motif dari satu struktur (geometris, antropometris, anatomis, dll). Cezanne bukan mengekpresikan perasaannya, tetapi menganalisa sesuatu untuk diambil bentuk dasarnya, lalu dikeluarkan lagi ke atas kanvasnya.

Seni modern adalah upaya menangkap gejala alam secara objektif dan ekspresi adalah pewujud serta pengantara dari konsep yang objektif itu. Ini berarti, bukan perasaan yang mau disampaikan, tapi konsep objektif mengenai alamiah yang diwujudkan, tanpa perspektif, tanpa efek cahaya, tapi struktur atau motif yang menetap yang hendak ditangkap dan diungkapkan. Dalam seni modern, unsur perasaan mulai ditinggalkan dan yang tersisa adalah analisa. Menurut Habermas, rasionalitas-lah yang dikuasai oleh dunia objektif. Puncak seni modern adalah distorsi dari bentuk atau mencari bentuk yang murni seperti lukisan Pablo Picasso, Mondrian, dll. Dari sini muncul ilmu baru seni rupa yang disebut "distorsi" atau perubahan bentuk.

Pada 1938, pikiran S. Soedjojono (masa Persagi), pada intinya menyatakan seni adalah otonomi, dengan semboyannya "seni harus berjiwa nampak". Gaya ekspresionisme waktu itu sangat diyakini memiliki nilai universal. Universalitas nilai estetik, individualisme, orisinalitas, menekuni "satu gaya" menjadi ciri utama modernisme yang membawa pembaruan dengan istilah humanisme universal. Modernisme di Indonesia kemudian dikembangkan oleh Seni Rupa ITB dengan gaya kubistis, lalu berkembang ke arah abstrak formalisme yang pada zaman Lekra ditentang dimana seni harus dapat dimanfaatkan sebagai sarana sosial dan politik -- sebuah perlawanan kultural yang disebut "Seni Realisme Sosial". Prinsipnya, seni tidak otonom, melainkan sebagai alat/propaganda, dipakai melakukan perbuatan sosial sebagai pengaruh marxism di Soviet.

* Agus Mulyadi Utomo

Seni Kontemporer 2

Seni Kontemporer 2

Minggu, 13 Juli 2008 | 03:00 WIB

Jim Supangkat

Belakangan ini beredar cukup luas pertanyaan ”apakah seni kontemporer” yang punya tujuan praktis menemukan pengertiannya yang bisa digunakan untuk mengenali ciri- cirinya pada karya seni (rupa).

Keinginan itu tidak akan mudah terpenuhi karena ruang makna ”seni kontemporer” kosong. Isi ruang makna ini jejak-jejak pemikiran modern yang sudah tidak dipercayai lagi tetapi menjadi pangkal persoalan seni kontemporer. Karena itu, upaya terbaik memahami seni kontemporer adalah mengenali jejak-jejak pemikiran modern—berkembang sampai pertengahan abad ke-20—pada ruang maknanya.

Pemikiran modern itu percaya dunia modern bersifat homogen. Tidak terpecah-pecah oleh kebudayaan etnik dan tradisi-tradisi. Dalam pemikiran modern, dunia yang terpecah-pecah ini mencerminkan dunia masa lalu.

Dipengaruhi keyakinan itu, persoalan tradisi dan budaya tidak populer pada pemikiran modern. Para pendukungnya tidak suka menggunakan istilah ”kebudayaan modern” walau tidak sampai menyebut istilah ini salah.

Dalam teori-teori budaya ada keyakinan seni adalah tanda penting budaya. Dalam pemikiran modern pemahaman ini tersingkir. Bila seni dikaitkan dengan budaya akan muncul bermacam-macam seni mengikuti keragaman tradisi. Pada pemikiran modern, hanya ada satu seni di dunia modern yang homogen, yaitu seni modern.

Premis-premis seni modern ini muncul di Eropa pada abad ke-19 melalui pemikiran filosof-filosof Kant dan Hegel. Sejumlah pandangan melihatnya sebagai terusan perkembangan seni pada kebudayaan Barat. Namun lebih banyak yang melihatnya sebagai pemikiran yang muncul bersama pemikiran modern lain—kebanyakan muncul di Eropa juga.

Seni modern itu berkaitan dengan dunia pemikiran. Seperti dikemukakan Hegel, muara dari semua ekspresi seni adalah filsafat. Mencerminkan pemikiran modern yang mengutamakan kemajuan, seni modern percaya juga pada keperintisan dan seni diniscayakan berjalan mendahului zamannya. Karena itu, seni modern disebut juga seni avant garde. Demi terobosan seniman berada di luar zamannya, di luar masyarakat dan di luar semua konvensi sosial.

Dipengaruhi materialisme—yang mendasari seluruh pemikiran modern—seni modern mengutamakan kekonkretan (dalam upaya memahami ”the real”). Karena itu, manifestasi seni modern yang utama adalah seni rupa (membawa sifat konkret). Persepsi ini membuat seni rupa menjadi ”jantung” seni modern. Pemikiran seni terkonsentrasi di dunia seni rupa ini dan sejarah seni rupa modern dipercaya mencerminkan sejarah seni modern. Infrastruktur seni modern yang paling kompleks, megah, dan mahal—museum-museum— adalah infrastruktur seni rupa.

Seni modern dekat juga dengan ilmu pengetahuan yang menandai kejayaan dunia modern. Ilmu pengetahuan menggali dunia material dengan kepercayaan pada obyektivitas. Seni modern adalah seni yang diarahkan mencari obyektivitas (mencari the real presence of being).

Seperti ilmu pengetahuan, seni modern mengenal otoritas yaitu pranata (lembaga dan orang-orang) yang dipercaya paling menguasai ”ilmu seni” dan mampu menentukan cutting edge perkembangan yang menandakan terobosan baru. Persepsi ini membuat seni modern merupakan bagian infrastruktur seni yang dikendalikan otoritas seni dan bukan bagian dari budaya apalagi masyarakat (kebanyakan).

Pemikiran modern itu bertahan cuma enam dekade pada abad ke-20. Sesudah itu muncul tanda-tanda keruntuhan. Salah satu tanda penting keruntuhan ini adalah gagalnya proyek besar konstruktivisme menghimpun semua pemikiran dalam perkembangan seabad untuk menemukan esensi yang bisa menunjukkan hukum-hukum alam dan kehidupan (universal laws).

Seperti kisah keruntuhan menara Babil, upaya mengatasi hambatan bahasa dalam penghimpunan pemikiran seabad itu goyah ketika dikritik melalui gramatologi Derrida, khususnya tentang pengertian ”presence”. Kritik ini seperti membuka kotak pandora berbagai ”keburukan” pemikiran modern tanpa bisa dicegah muncul ke permukaan.

Pada pergolakan itu, pemikiran budaya muncul ke permukaan. Pangkalnya adalah sikap kritis melihat pengabaian budaya dan masyarakat pada pemikiran modern yang membuat dunia modern yang dibayangkan sama sekali bukan representasi kehidupan (modern) masa kini. Dari kritik ini muncul pemikiran baru yang berpangkal pada pertanyaan, lalu apakah ”budaya masa kini” (contemporary culture ).

Pemikiran seni dipengaruhi pergolakan itu dan memunculkan perubahan besar dalam memahami seni. Berkembang kesadaran bahwa seni bukan bagian dari infrastruktur seni yang dikendalikan otoritas seni, tetapi bagian dari budaya. Seniman tidak berada di luar masyarakat dan karena itu ekspresi seni berkaitan dengan budaya yang sedang dipersoalkan yaitu contemporary culture. Dari sini muncul istilah ”seni kontemporer” atau contemporary art.

Dua pemikiran berlawanan arah bisa disebutkan sebagai agenda pencarian makna seni kontemporer. Di satu sisi, bagaimana menempatkan budaya yang mencerminkan tradisi dan keragaman ke lingkup budaya kontemporer. Di sisi lain, bagaimana melihat globalisasi yang melahirkan keseragaman—seperti prediksi pemikiran modern— dalam budaya kontemporer.

Di dunia tari, teater, dan musik yang diabaikan pemikiran seni modern (sastra senantiasa dikaji terpisah) pemahaman tentang keragaman budaya tidak menimbulkan pergolakan. Sejak dekade 1960 muncul upaya mencampurkan estetik modern dan estetik tradisi-tradisi. Maka di dunia tari, teater, dan musik, gejala seni kontemporer sudah bisa dibaca.

Pencapaian itu tidak terlihat di dunia seni rupa yang di masa lalu merupakan ”jantung” pemikiran seni modern. Terjadi upaya sulit melepaskan pemahaman seni yang sudah terstruktur. Pergolakan pemikiran yang terjadi tidak bisa melepaskan diri dari epistemologi Cartesian (mendasari pemikiran modern) yang bipolar. Kendati terkesan paling heboh, gejala di dunia seni rupa ini memacetkan pemikiran seni kontemporer dan membuat ruang makna ”seni kontemporer” masih kosong.

Ketika pertanyaan, apakah seni kontemporer meluas di Tanah Air, kehebohan di dunia seni rupa yang mencuri perhatian itu membangun sangkaan bahwa persoalan seni kontemporer adalah persoalan seni rupa. Di dunia seni rupa Indonesia, contemporary art, dibaca, dipahami, dan dikaji sebagai ”seni rupa kontemporer”, yang lepas dari ”seni kontemporer”. Terjadi distorsi pemahaman yang mengandung kebingungan karena tidak umum diketahui bahwa istilah ”art” dalam bahasa Inggris berarti ”seni” dan sekaligus ”seni rupa”—dalam bahasa Indonesia keduanya terpisah dengan jelas.

Pengertian ”art” dalam bahasa Inggris itu mencerminkan persepsi seni pada pemikiran modern yang sulit dipahami dan membuat peluasan seni modern ke tingkat dunia gagal karena membingungkan. Di dunia seni rupa Indonesia, muncul persoalan seni dunia yang mutakhir, kebingungan ini merambat ke pemahaman seni kontemporer.

Jim Supangkat Kurator Independen

Seni kontemporer

Seni kontemporer

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi.Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi Seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern.

Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Atau pendapat yang mengatakan bahwa “seni rupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi modernisme Barat”. Ini sebagai pengembangan dari wacana postmodern dan postcolonialism yang berusaha membangkitkan wacana pemunculan indegenous art. Atau khasanah seni lokal yang menjadi tempat tinggal (negara) para seniman.

Secara awam seni kontemporer bisa diartikan sebagai berikut:

  1. Tiadanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik.
  2. Punya gairah dan nafsu "moralistik" yang berkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai tesis.
  3. Seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan, sebagai aktualitas berita yang fashionable.

[sunting] Seni kontemporer dan seni posmodern

Kaitan seni kontemporer dan (seni) postmodern, menurut pandangan Yasraf Amir Piliang, pemerhati seni, pengertian seni kontemporer adalah seni yang dibuat masa kini, jadi berkaitan dengan waktu. Sedangkan seni postmodern adalah seni yang mengumpulkan idiom-idiom baru. Lebih jelasnya dikatakan bahwa tidak semua seni masa kini (kontemporer) itu bisa dikategorikan sebagai seni posmodern, seni posmodern sendiri di satu sisi memberi pengertian, memungut masa lalu tetapi di sisi lain juga melompat kedepan (bersifat futuris).

[sunting] Perkembangan seni kontemporer Indonesia

Dalam seni rupa Indonesia, istilah kontemporer muncul awal 70-an, ketika Gregorius Sidharta menggunakan istilah kontemporer untuk menamai pameran seni patung pada waktu itu. Suwarno Wisetrotomo, seorang pengamat seni rupa, berpendapat bahwa seni rupa kontemporer pada konsep dasar adalah upaya pembebasan dari kontrak-kontrak penilaian yang sudah baku atau mungkin dianggap usang.

Konsep modernisasi telah merambah semua bidang seni ke arah kontemporer ini. Paling menyolok terlihat di bidang tari dan seni lukis. Seni tari tradisional mulai tersisih dari acara-acara televisi dan hanya ada di acara yang bersifat upacara atau seremonial saja.

Seperti diungkapkan Humas Pasar Tari Kontemporer di Pusat Latihan Tari (PLT) Sanggar Laksamana Pekanbaru yang tidak hanya diminati para koreografer tari dalam negeri tetapi juga koreografer tari asing yang berasal dari luar negeri. Sebanyak 18 koreografer tari baik dari dalam maupun luar negeri menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari kontemporer tersebut. "Para koreografer sudah tiba di Pekanbaru, mereka menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari itu," ujar Humas Pasar Tari Kontemporer, Yoserizal Zen di Pekanbaru[1].

Lukisan kontemporer semakin melejit seiring dengan meningkatnya konsep hunian minimalis, terutama di kota-kota besar. Seperti diungkapkan oleh seniman lukis kontemporer Saptoadi Nugroho dari galeri Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta, "Lukisan kontemporer semakin diminati seiring dengan merebaknya konsep perumahan minimalis terutama di kota-kota besar. Akan sulit diterima bila kita memasang lukisan pemandangan, misalnya sedangkan interior ruangannya berkonsep modern."[2]

Hal yang senada diungkap oleh kolektor lukisan kontemporer, "Saya mengoleksi lukisan karena mencintai karya seni. Kalaupun nilainya naik, itu bonus," kata Oei Hong Djien, kolektor dan kurator lukisan ternama dari Magelang. Begitu juga Biantoro Santoso, kolektor lukisan sekaligus pemilik Nadi Gallery. "Saya membeli karena saya suka. Walaupun harganya tidak naik, tidak masalah," timpalnya.

Oei dan Biantoro tak pernah menjual koleksinya. Oei memilih untuk memajang lebih dari 1.000 bingkai lukisannya di museum pribadinya. Karya-karya besar dari Affandi, Basuki Abdullah, Lee Man Fong, Sudjojono, Hendra Gunawan, dan Widayat terpampang di sana bersama karya-karya pelukis muda.

Pendapat lain dari Yustiono, staf pengajar FSRD ITB, melihat bahwa seni rupa kontemporer di Indonesia tidak lepas dari pecahnya isu posmodernisme (akhir 1993 dan awal 1994), yang menyulut perdebatan dan perbincangan luas baik di seminar-seminar maupun di media massa pada waktu itu.