Jumat, 20 Februari 2009

ESWL poetrakatro aja















































ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)

eswl_l.pngESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) merupakan terapi non-invasif, karena tidak memerlukan pembedahan atau pemasukan alat kedalam tubuh pasien.Sesuai dengan namanya, Extracorporeal berarti diluar tubuh, sedangkan Lithotripsy berarti penghancuran batu, secara harfiah ESWL memiliki arti penghancuran batu saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave)yang ditransmisi dari luar tubuh.
eswl

* Kapan ESWL Dilakukan ?

* Batu ginjal berukuran dari 5 mm hingga 20 mm. Batu yang berukuran lebih besar kadang memerlukan pemasangan stent (sejenis selang kecil) sebelum tindakan ESWL untuk memperlancar aliran air seni.
* Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10 mm.
* Fungsi ginjal masih baik.
* Tidak ada sumbatan distal (di bagian bawah saluran) dari batu.
* Tidak ada kelainan pembekuan darah.
* Tidak sedang hamil.

* Keuntungan ESWL

* dapat menghindari operasi terbuka.
* Lebih aman, efektif, dan biaya lebih murah.
* Bisa rawat jalan (batu kecil).




ESWL and Echo

July 16, 2007 · 4 Comments

Haha…

Akhirnya, Rabu-Kamis-Jumat kemarin aku pergi ke RS juga, tapi RS yang sama berturut-turut, RS. Mitra Internasional, huex… But, it was fun..

ESWL

Buat yang tidak tahu, alat ini adalah alat untuk memecahkan batu ginjal tanpa perlu operasi, tanpa perlu di’sobek-sobek’ deh. Oia, pas ujian DTB dan instrumentasi juga keluar loh.. ESWL ini singkatan dari Electric Shock Wave Lithotripter. Intinya sih dari trafo, energi diubah menjadi energi yang berfrekuensi super tinggi pada shockhead sehingga bisa memecahkan batu ginjal tanpa merusak kulit, hanya transfer energi lah..

Untuk diagnosa letak si batu ginjal, digunakan X-ray atau USG. Ada kalanya salah, tidak tepat sehingga malah ginjal pasiennya yang kena. Hhh….

oia, dokternya lucu… seru walaupun sudah tua, malah kita disuguhin Buavita =P

ESWL

Tapi setelah itu… tayangan buruk terjadi!! Si dokter yang lagi asik-asik ngedit video kedokterannya bilang gini, “Eh, sini anak-anak teknik pasti suka melihat video ini. Ini gambar yang diambil pake alat ESWL juga dan disebut dengan tour…!!”

Pak dokter melanjutkan lagi, “Nah, ini penting bagi yang cowok-cowok.. karena ini adalah tour saat penghancuran benjolan dalam PROSTAT!! Makanya,kalian jangan bandel-bandel..”.

Aku melirik sekitar.. loh?loh? Oia, semuanya cowok, dokter cowok, dua teknisi cowok, Pitek kan cowok juga, lah aku? hhiiyy…

“Nah, ini pasien udah 71 tahun dan mengalami gangguan prostat. Tahu gak kalian? Jadi untuk melakukan tour ini.. kateter (pipa selang kecil) yang disertai kamera dimasukkan ke ujung *** (biipp…! sensor, uhuhu…) lalu dia terus berjalan sampai ketemu benjolan-benjolan di dalam prostat itu.”

Saat itu semua tampak meringis dan video menunjukkan bahwa tour de prostat kita sudah sampai ke dekat posisi penyakitnya. Yaiks, cuma jaringan-jaringan warna merah saja… gak seram kok.

“Setelah ketemu tuh benjolan2nya… kita bakar deh!”, kata dokter

“Hah? Dibakar, dok?”, aku tanya

“iya, tuh lihat kan.. ada asap-asap putih nya jadi luruh benjolan2nya.”

Hoo… memang benar sih. Si dokter nunjukkin foto ’sisa-sisa’ pembakaran dalam prostat yang aku sebenarnya gak jelas itu apaan sih? hiiy… eneg =(

Maaph nih kalo posting kali ini jadi agak vulgar ^^’

———————————————————————————————————————

ECHO

Halah, ini mah aku udah pernah make alatnya. Namun, yang ini versi HIGH-END dari produk echocardiography! Wow.. banyak dan lengkap fitur-fiturnya… canggih deh. Saking barunya, jadi belum ada training, so pasti para dokter bingung karena trainer dari Singapore baru datang minggu depan.

Mba Meli mengeluarkan sesuatu dari bawah meja yang pas dibuka ternyata isi koper itu adalah sejenis Endoskopi (selang dari bahan apa yah, gak tahu tapi kayaknya keras seperti besi) yang dilengkapi dengan kamera dan penyearah. Hmm… seems like interesting. Nih alat versi endoskopi yang masuknya dari mulut, buat dihubungkan ke alat Echo dan melihat dengan JELAS si JANTUNG itu.. =D.

“Berapa tuh mba harganya??” aku tanya

“Oh, ini 250 juta…”

Kyaaa….. cuma selang gitu aja bisa beli mobil!! =’(

Kami menunggu si dokter dalam ruangan Echo, huu.. mana yah dokternya? Pasti tuh dokter keren banget deh, dokter jantung, ngajar pula, praktik di RSCC juga, hmm… pasti sudah tua dan berwibawa yah. Mungkin harus jaim-jaim gitu, siapa tahu orangnya serius. Satu jam berlalu, katanya dokternya masih makan… mukyaa… =(

Tiba-tiba dari pintu, sesosok dokter datang… tapi??

“Hai.. semuanya!! ya ampun, udah nunggu lama yah, eh maap yah tadi gue makan dulu… Gimana nih mba alatnya, gue mau nanya-nanya banyak nih soalnya kok hasil diagnosa pasien-pasien gue jadi kacau semua. Masa pasien gue semuanya MI (Mitralvalve apa..gt). Yah gak bener lah..! Alatnya susah yah make-nya.. ribet deh, di atas ada tombol, di bawah juga..”

Whoops! Hehe.. kok? jadi? gini? Maaph euy.. tapi emang benar kata Mbak Meli, dokter ini emang mirip Ari Tulang! dari gaya ngomong sampai gerak-gerik. Huhu…. Di luar dugaan, si dokter banyak becanda dan yah… gitu deh! =D

Echo

“Eh, kamu dari mana?”, tanya dokter

“Ini dok, anak KP dari ITB,” kata Mbak Meli

“Wah, eh tau gak sih lo.. dulu gue kan juga dari ITB, Fakultas Sipil dan Perencanaan itu loh.”

Nyeeehh?? Akhirnya malah cerita-cerita panjang lebar gitu tapi si dokter ngomongnya cepat banget sih jadi agak lupa juga neh..but it was cool.. =)

Oia, we had a patient! Actually, not a ‘real’ patient.. but, satpam di RS itu kita tarik buat pasien percobaan, wakakakak…. ehehe, asik yah, main dokter-dokteran. Ngetes alat echo, lumayan keren buat alat yang harganya sama kayak harga CT Scan (’cuma’ 4 miliar kok, mending kan dibandingin MRI/Linac yang 20 miliar-an).

gitu deh… =)
Ayo dunx, sering-sering teknisi nya naek taxi biar aku bisa ikut ke RS... (I wish… I pray… )




Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu ginjal. ESWL sebenarnya sudah bukan merupakan barang asing dalam dunia kedokteran khususnya bagi para urologis. Sejak diperkenalkan penggunaannya di awal tahun 1980-an, ESWL semakin populer dan menjadi pilihan pertama dalam kasus umum penanganan penyakit batu ginjal.

Beberapa keuntungan dari ESWL diantaranya adalah dapat menghindari operasi terbuka, lebih aman, efektif, dan biaya lebih murah, terutama untuk prosedur ESWL yang sederhana sehingga tidak memerlukan perlakuan berkali-kali.

Seiring dengan makin majunya teknologi kedokteran dalam terapi penyakit batu ginjal, maka saat ini semakin besar peluang pasien untuk dapat menghindari operasi terbuka untuk mengeluarkan batu ginjal dari dalam tubuhnya. Terapi batu ginjal dimulai dari terapi natural atau pasif, yaitu dengan meminum obat-obatan tertentu untuk membantu meluruhkan batu ginjal secara kimia, kemudian ke terapi aktif, dimulai dari yang bersifat non-invasive seperti ESWL, kemudian terapi minimal-invasive seperti Percutaneous Nephrolithotomy (PNL) dan Ureteroscopy (URS), dan akhirnya sebagai pilihan terakhir adalah operasi terbuka.

Seperti telah dijelaskan dalam tulisan pertama, ESWL adalah terapi yang menggunakan gelombang kejut (shock wave), yang ditembakkan dari luar tubuh ke arah batu ginjal sampai batu ginjal tersebut hancur dan ukuran serpihannya cukup kecil hingga dapat dikeluarkan secara natural dengan urinasi. Dikatakan sebagai terapi non-invasive, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukkan alat kedalam tubuh pasien. Sedangkan PNL dan URS dikatakan sebagai terapi minimal-invasive karena memerlukan sedikit pembedahan dengan memasukkan alat kedalam tubuh untuk menghancurkan dan mengeluarkan batu ginjal.

Dalam terapi PNL, guide wire dimasukkan melalui kulit dekat pinggang kemudian dengan membuat lubang kecil menembus masuk ke dalam ginjal sampai ia menemukan posisi batu ginjal. Sejenis tabung kecil kemudian dimasukkan sepanjang guide wire untuk membuat tunnel, dimana nantinya lewat tunnel ini dimasukkan instrumen kecil untuk menghancurkan batu ginjal dan mengeluarkan serpihannya. Sedangkan URS prinsip kerjanya mirip dengan PNL, namun dalam URS digunakan alat yang dinamakan ureteroscopes, dimana alat ini dimasukkan melalui urethra (saluran kencing), kemudian melalui bladder (kandung kemih) dan ureter (saluran kemih), sampai menemui posisi batu ginjal.

Dari beberapa terapi di atas, ESWL merupakan terapi pilihan pertama untuk kasus umum penanganan batu ginjal dikarenakan keamanan, keefektifan serta kefleksibelannya terhadap posisi batu ginjal. Sebagai perbandingan, terapi PNL hanya efektif untuk penanganan batu ginjal yang masih berada dalam ginjal atau atau yang berada pada ureter bagian atas. Sedangkan terapi URS efektif pada batu ginjal yang berada pada ureter bagian bawah atau pada kandung kemih. Kemudian dari segi keamanan dan kenyamanan, pasien yang diterapi dengan ESWL pada umumnya tidak memerlukan obat bius atau penahan sakit saat terapi dilakukan, dan sudah dapat melakukan aktifitas seperti biasa dalam satu atau dua hari setelah terapi. Sedangkan untuk PNL dan URS diperlukan waktu pemulihan sekitar satu sampai dua minggu, dan waktu pemulihan yang lebih panjang dibutuhkan lagi bagi pasien yang menjalani operasi terbuka , yaitu sekitar enam minggu [1].

Dari berbagai referensi diperoleh data bahwa tingkat keberhasilan terapi ESWL sampai pasien benar-benar bebas dari batu ginjal adalah antara 60 sampai 90 persen. Tingkat keberhasilan ini sangat ditentukan diantaranya oleh besar, jenis, dan lokasi dari batu ginjal tersebut.

Bagaimana shock wave menghancurkan batu ginjal?

Dari hasil observasi pada proses ESWL, ditemukan bahwa pada awalnya batu ginjal yang ditembak dengan shock waves pecah menjadi dua atau beberapa fragment besar [2]. Selanjutnya dengan bertambahnya jumlah tembakan, fragment tersebut pecah kembali dan hancur. Umumnya diperlukan sekitar 1000 sampai 5000 tembakan sampai serpihan-serpihan batu ginjal tersebut cukup kecil untuk dapat dikeluarkan dengan proses urinasi.

Proses hancurnya batu ginjal diprediksi merupakan hasil kombinasi dari efek langsung maupun tidak langsung dari shock waves. Untuk dapat menjelaskan proses hancurnya batu ginjal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui profil dari shock wave yang dihasilkan di titik fokus penembakan. Hasil pengukuran tekanan pada titik fokus penembakan dapat dilihat dalam Gambar 1. Secara umum, shock wave ditandai dan diawali oleh high positive pressure (compressive wave) dengan durasi singkat sekitar satu mikrodetik, kemudian diikuti oleh negative pressure (tensile wave) dengan durasi sekitar tiga mikrodetik.
High positive pressure di dalam batu ginjal akan mengalami refraksi dan refleksi, dan akhirnya membangkitkan tensile dan shear stress di dalam batu ginjal. Selanjutnya retak akan terjadi dan merambat hingga menyebabkan batu pecah menjadi dua atau beberapa fragment besar. Pada saat yang sama, tingginya compression stress dapat menyebabkan erosi pada permukaan batu ginjal. Proses di atas dikatakan sebagai efek langsung dari shock wave.

Sedangkan negative pressure pada Gambar 1, akan mengakibatkan munculnya cavitation bubbles pada fluida di sekitar batu ginjal dan ini dikatakan sebagai efek tidak langsung dari shock wave. Cavitation bubbles ini kemudian akan collapse menghujam permukaan batu ginjal dan menyebabkan erosi

Walaupun ESWL telah terbukti keandalannya, namun ia masih menyisakan beberapa tantangan. Diantaranya adalah rendahnya tingkat keberhasilan ESWL (dengan satu kali tindakan) pada pasien yang memiliki batu ginjal dengan diameter lebih dari dua sentimeter, dan pada batu yang berjenis Cystine. Selain itu masih didapatinya laporan terjadinya injury pada ginjal yang kemungkinan besar disebabkan oleh cavitation.

Saat ini berbagai riset masih intensif dilakukan untuk mengatasi beberapa masalah di atas. Diharapkan pada akhirnya akan dapat dikembangkan teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi lithotripter dalam menghancurkan batu ginjal dan disaat yang bersamaan dapat meminimalkan injury pada ginjal. (Selesai).

http://my.yahoo.com/
http://reader.google.com/
http://360.yahoo.com/





ESWL: Menghancurkan Batu Ginjal dari Luar Tubuh

Posted on Juli 21st, 2008 in IpTek oleh mrpall

ESWL: Menghancurkan Batu Ginjal dari Luar Tubuh (2)

Oleh Sandro Mihradi

Seiring dengan makin majunya teknologi kedokteran dalam terapi penyakit batu ginjal, maka saat ini semakin besar peluang pasien untuk dapat menghindari operasi terbuka untuk mengeluarkan batu ginjal dari dalam tubuhnya. Terapi batu ginjal dimulai dari terapi natural atau pasif, yaitu dengan meminum obat-obatan tertentu untuk membantu meluruhkan batu ginjal secara kimia, kemudian ke terapi aktif, dimulai dari yang bersifat non-invasive seperti ESWL, kemudian terapi minimal-invasive seperti Percutaneous Nephrolithotomy (PNL) dan Ureteroscopy (URS), dan akhirnya sebagai pilihan terakhir adalah operasi terbuka.

Seperti telah dijelaskan dalam tulisan pertama, ESWL adalah terapi yang menggunakan gelombang kejut (shock wave), yang ditembakkan dari luar tubuh ke arah batu ginjal sampai batu ginjal tersebut hancur dan ukuran serpihannya cukup kecil hingga dapat dikeluarkan secara natural dengan urinasi. Dikatakan sebagai terapi non-invasive, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukkan alat kedalam tubuh pasien. Sedangkan PNL dan URS dikatakan sebagai terapi minimal-invasive karena memerlukan sedikit pembedahan dengan memasukkan alat kedalam tubuh untuk menghancurkan dan mengeluarkan batu ginjal.Dalam terapi PNL, guide wire dimasukkan melalui kulit dekat pinggang kemudian dengan membuat lubang kecil menembus masuk ke dalam ginjal sampai ia menemukan posisi batu ginjal. Sejenis tabung kecil kemudian dimasukkan sepanjang guide wire untuk membuat tunnel, dimana nantinya lewat tunnel ini dimasukkan instrumen kecil untuk menghancurkan batu ginjal dan mengeluarkan serpihannya. Sedangkan URS prinsip kerjanya mirip dengan PNL, namun dalam URS digunakan alat yang dinamakan ureteroscopes, dimana alat ini dimasukkan melalui urethra (saluran kencing), kemudian melalui bladder (kandung kemih) dan ureter (saluran kemih), sampai menemui posisi batu ginjal.Dari beberapa terapi di atas, ESWL merupakan terapi pilihan pertama untuk kasus umum penanganan batu ginjal dikarenakan keamanan, keefektifan serta kefleksibelannya terhadap posisi batu ginjal. Sebagai perbandingan, terapi PNL hanya efektif untuk penanganan batu ginjal yang masih berada dalam ginjal atau atau yang berada pada ureter bagian atas. Sedangkan terapi URS efektif pada batu ginjal yang berada pada ureter bagian bawah atau pada kandung kemih. Kemudian dari segi keamanan dan kenyamanan, pasien yang diterapi dengan ESWL pada umumnya tidak memerlukan obat bius atau penahan sakit saat terapi dilakukan, dan sudah dapat melakukan aktifitas seperti biasa dalam satu atau dua hari setelah terapi. Sedangkan untuk PNL dan URS diperlukan waktu pemulihan sekitar satu sampai dua minggu, dan waktu pemulihan yang lebih panjang dibutuhkan lagi bagi pasien yang menjalani operasi terbuka , yaitu sekitar enam minggu [1].

Dari berbagai referensi diperoleh data bahwa tingkat keberhasilan terapi ESWL sampai pasien benar-benar bebas dari batu ginjal adalah antara 60 sampai 90 persen. Tingkat keberhasilan ini sangat ditentukan diantaranya oleh besar, jenis, dan lokasi dari batu ginjal tersebut.

Bagaimana shock wave menghancurkan batu ginjal?

Dari hasil observasi pada proses ESWL, ditemukan bahwa pada awalnya batu ginjal yang ditembak dengan shock waves pecah menjadi dua atau beberapa fragment besar [2]. Selanjutnya dengan bertambahnya jumlah tembakan, fragment tersebut pecah kembali dan hancur. Umumnya diperlukan sekitar 1000 sampai 5000 tembakan sampai serpihan-serpihan batu ginjal tersebut cukup kecil untuk dapat dikeluarkan dengan proses urinasi.

Proses hancurnya batu ginjal diprediksi merupakan hasil kombinasi dari efek langsung maupun tidak langsung dari shock waves. Untuk dapat menjelaskan proses hancurnya batu ginjal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui profil dari shock wave yang dihasilkan di titik fokus penembakan. Hasil pengukuran tekanan pada titik fokus penembakan dapat dilihat dalam Gambar 1. Secara umum, shock wave ditandai dan diawali oleh high positive pressure (compressive wave) dengan durasi singkat sekitar satu mikrodetik, kemudian diikuti oleh negative pressure (tensile wave) dengan durasi sekitar tiga mikrodetik.

Gambar 1. Shock wave profile, diukur pada titik fokus penembakan [3]

High positive pressure di dalam batu ginjal akan mengalami refraksi dan refleksi, dan akhirnya membangkitkan tensile dan shear stress di dalam batu ginjal. Selanjutnya retak akan terjadi dan merambat hingga menyebabkan batu pecah menjadi dua atau beberapa fragment besar. Pada saat yang sama, tingginya compression stress dapat menyebabkan erosi pada permukaan batu ginjal. Proses di atas dikatakan sebagai efek langsung dari shock wave.

Sedangkan negative pressure pada Gambar 1, akan mengakibatkan munculnya cavitation bubbles pada fluida di sekitar batu ginjal dan ini dikatakan sebagai efek tidak langsung dari shock wave. Cavitation bubbles ini kemudian akan collapse menghujam permukaan batu ginjal dan menyebabkan erosi. Ilustrasi dari proses ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ilustrasi efek langsung dan tidak langsung dari shock wave pada batu ginjal [4]

Beberapa tantangan ESWL

Walaupun ESWL telah terbukti keandalannya, namun ia masih menyisakan beberapa tantangan. Diantaranya adalah rendahnya tingkat keberhasilan ESWL (dengan satu kali tindakan) pada pasien yang memiliki batu ginjal dengan diameter lebih dari dua sentimeter, dan pada batu yang berjenis Cystine. Selain itu masih didapatinya laporan terjadinya injury pada ginjal yang kemungkinan besar disebabkan oleh cavitation.

Saat ini berbagai riset masih intensif dilakukan untuk mengatasi beberapa masalah di atas. Diharapkan pada akhirnya akan dapat dikembangkan teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi lithotripter dalam menghancurkan batu ginjal dan disaat yang bersamaan dapat meminimalkan injury pada ginjal. (Selesai).

Daftar bacaan

1. American Urological Association, The Management of Ureteral Stones, 1997.
2. Eisenmenger W., The Mechanisms of Stone Fragmentation in ESWL, Ultrasound in Medicine and Biology, Vol. 27, No. 5, 2001.
3. Robin O. et al., Design and characterization of a research electrohydraulic lithotripter patterned after the Dornier HM3, Review of Scientific Instruments, February 26, 2000.
4. Jens J. Rassweiler et al., Progress in Lithotripter Technology, EAU Update Series, No. 3, 2005.

Sandro Mihradi, mahasiswa program Doktor di Toyohashi University of Technology, Jepang. Email: sandro.m@gmail.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar